Jumat, 03 Juni 2011

Artikel Teknik Komunikasi

BENCANA ALAM DI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Komunikasi (TKP 158)





                 DISUSUN OLEH : 
NAMA  : ANNISA MUAWANAH S.
NIM      : 21040110130083




UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
SEMARANG
2011












BENCANA ALAM DI INDONESIA

Secara geografis, Indonesia terletak pada jalur silang antara dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) dan dua benua (Benua Asia dan Benua Australia). Letak inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa di Indonesia rentan terjadi bencana alam. Selain itu, posisi silang ini juga mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Benua dan samudera memiliki karakteristik iklim berlainan sehingga secara periodik dapat mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim di Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa.
Cuaca dan iklim yang tidak menentu ini dapat menjadi salah satu penyebab mengapa di Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan penduduk di Indonesia, seperti banjir, rob, dan pergerakan tanah yang dapat menyebabkan tanah longsor.
Banjir yang terjadi di Indonesia lebih disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri, seperti akibat dari penggundulan hutan di kawasan resapan air dan kawasan lindung, penyumbatan aliran air akibat sampah atau limbah masyarakat, dan perubahan fungsi guna lahan. Banjir dapat dikatakan murni sebagai gejala alam jika kondisi alam memang mempengaruhi terjadinya banjir di suatu wilayah, seperti akibat hujan terus-menerus yang terjadi di daerah, misalnya pada daerah dataran rendah dan daerah cekungan.
Selain itu, banjir juga dapat disebabkan oleh keadaan tanah di suatu kawasan. Contohnya adalah Kota Semarang, khususnya daerah Semarang bawah.
“ Sedangkan penyebab banjir dan rob secara universal di Kota Semarang terbagi empat. Pertama, merebaknya pem­ba­ngunan di kawasan pe­la­buh­an dan kawasan wilayah ko­ta bawah. Pembangunan ini menyebabkan terjadinya pe­nurunan lahan setiap ta­hun­nya, yang berkisar 5 - 15 cm. Kedua, pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menyebabkan intrusi air laut di dalam tanah. Ketiga, struktur tanah di dae­rah pantai dan kawasan Se­marang bawah merupakan ta­nah aluvial dengan kadar lempung dan tanah lano yang cu­kup besar dengan kedalaman 40 - 100 meter. Se­hing­ga, tanah ini terus melakukan konsolidasi (pe­madatan) dan pemadatan ini baru akan ber­henti pada kedalaman 4 - 6 meter. Keempat, terjadinya pengerukan di daerah pelabuhan. ” (Robert, 2007).

Selain itu, galaknya pembangunan di kawasan Semarang atas yang awalnya adalah suatu kawasan lindung dan diubah menjadi kawasan terbangun juga dapat menjadi penyebab mengapa di Semarang bawah sering terjadi banjir saat musim penghujan tiba.

 
                                                          Sumber : ilarizky.blogspot.com
 
Peristiwa ini tentunya dapat memberi kerugian bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh, dapat mengakibatkan hilangnya harta benda dan dapat dimungkinkan pula munculnya korban jiwa jika banjir yang terjadi adalah banjir besar. Sedang dampaknya bagi lingkungan adalah hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur karena tererosi oleh aliran air sehingga tanah menjadi susah untuk ditanami dan dapat pula mengakibatkan longsor.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi banjir ini, di antaranya dengan memperbaiki kondisi drainase yang ada, memperdalam parit-parit atau sungai-sungai kecil di sekeliling rumah sebagai langkah antisipasi mencegah luapan air agar tidak menggenangi pemukiman, serta melakukan upaya reboisasi sebelum musim penghujan tiba.
Bencana alam lain yang sering melanda Indonesia adalah gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi di Indonesia disebabkan karena terdapatnya lempengan dunia yang terletak di Pantai Barat Sumatera, selatan Pulau Jawa hingga Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, utara Kepulauan Maluku, dan utara Papua. 

                                                 Sumber : http://id.istanto.net
 
Lempengan dunia ini terus bergerak dan bergesekan untuk mencari keseimbangan. Getaran akibat gempa ini dapat memicu terjadinya tanah longsor, rusaknya permukiman penduduk, dan dapat menimbulkan tsunami jika gempa ini terjadi di bawah laut.
Gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia adalah proses alam yang tidak dapat dihindari. Namun, dengan semakin meningkatnya teknologi dan ilmu pengetahuan manusia, hal ini dapat diantisipasi dengan berbagai cara, misalnya dengan membangun bangunan yang tahan gempa di kawasan-kawasan yang sekiranya rawan terjadi gempa, membangun fasilitas-fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi, memperkuat bangunan-bangunan vital yang telah ada, melakukan zonasi daerah rawan gempa bumi, dan mengatur ulang penggunaan lahan. Selain itu, pengetahuan masing-masing individu akan antisipasi yang baik dan cara menyelamatkan diri saat gempa terjadi juga sangat dibutuhkan. Diperlukan pula peran pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam upaya memberi pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-cara penyelamatan diri yang tepat saat terjadi gempa bumi.
Kita sebagai manusia dikaruniai oleh Tuhan akal dan pikiran untuk dapat mengenali dan mengantisipasi kejadian-kejadian alam yang terjadi. Dengan didukung teknologi canggih, pengetahuan tinggi, dan sumber daya manusia yang memadai diharapkan dampak-dampak negatif, seperti jatuhnya korban jiwa dan kerusakan serta kehilangan harta benda dapat diminimalkan. Selain itu, perlu pula campur tangan pemerintah dalam upaya mengantisipasi dan menanggulangi kemungkinan bahaya dan akibat yang dimunculkan dari berbagai bencana alam di Indonesia ini, sehingga dampak-dampak negatif yang dimunculkan dapat diminimalkan.


                 http://www.wawasandigital.com
                 http://www.riedhagookil.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar