Kamis, 26 Januari 2012

Analisis Interaksi Keruangan

    Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang mengacu pada tiga hal, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan pergerakan (movement). Analisis keruangan bertujuan untuk mengukur kesesuaian suatu kondisi berprinsipkan pada struktur keruangan yang ada, serta menganalisis interaksi antar unit keruangan yang mencakup hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi. Analisis keruangan didasarkan pada keberadaan tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta terdapatnya hirarki diantara tempat-tempat tersebut. Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain, dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, terkait penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan (Bintarto, 1982: 12). 
    Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing-masing aspek-aspek keruangannya. Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor  lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Dalam mengkaji aspek-aspek tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan faktor  letak, distribusi (persebaran), interrelasi serta interaksinya. Karena itu, analisis keruangan dapat dijadikan dasar untuk perencanaan penggunaan lahan tertentu.
    Interaksi keruangan menurut Daldjoeni (1991: 197) merupakan suatu pengertian dalam geografi sosial yang dipakai untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh keruangan hubungan antara manusia dengan manusian lainnya dan antara manusia dengan lingkungannya yang dinyatakan dengan arus manusia, materi, informasi, energi sehingga dijadikan dasar untuk menerangkan gejala-gejala lokasi, relokasi, distribusi, dan difusi.
      Terdapat 3 faktor terjadinya Interaksi Keruangan (Ullman, 1956) :
  1. Komplementaritas regional yaitu adanya region yang berbeda kemampuan sumberdayanya, disuatu pihak surplus dan dilain pihak minus. Kondisi ini memberikan kemungkinan terjadinya pengaliran yang besar dan meningkatkan perpindahan arus. Kondisi ini memberikan kemungkinan terjadinya pengaliran arus perpindahan yang besar. Komplementaritas antar dua kota atau kelompok manusia berkaitan dengan permintaan dan penawaran.
  2. Kesempatan berintervensi, adanya kemungkinan perntara yang dapat menghambat terjadinya perpindahan barang atau manusia.
  3. Kemudahan transfer dalam ruang ( spatial transferability ) adalah fungsi jarak yang diukur dalam biaya dan waktu yang nyata. Komoditi tertentu yang dibutuhkan sesuatu daerah dari daerah lain yang tertentu pula, memiliki daya transfer yang tinggi, jarak yang ditempuh, biaya angkut yang memadai, dan transportasi yang lancar merupakan kemudahan transfer dalam ruang yang menjamin lancarnya interaksi.
     Kajian tentang interaksi wilayah mencakup kajian mengenai dasar-dasar terjadinya interaksi keruangan, jenis-jenis interaksi keruangan, peranan interaksi keruangan dalam pengembangan wilayah. Menurut Ullman, interaksi keruangan mencakup gerak barang, migran, uang, dan informasi (Daldjoeni, 2003 : 245). Konsep ini serupa dengan geography of circulation yang dikembangkan oleh ahli-ahli geografi dari Perancis pada awal abad kedua puluh (Johnston, dkk, 1994). Sirkulasi merupakan basis interaksi keruangan begitu pula dengan apa yang dalam ilmu geografi disebut sebagai ‘situasi”. Sementara istilah situasi mengacu pada efek suatu fenomena di suatu area terhadap area lainnya (Blunden, 1978 : 167).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar