Kamis, 26 Januari 2012

Citra Kota

     Citra atau wajah sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang banyak bukan individual. Citra kota lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau sebagai kualitas sebuah obyek fisik (warna, struktur yang kuat, dll), sehingga akan menimbulkan bentuk yang berbeda, bagus dan dapat menarik perhatian. Lynch (1975) membagi lima elemen citra kota, yaitu :
  1. Landmark (tengeran),  adalah simbol atau point petunjuk atau identitas yang dapat berupa tugu atau menara atau jembatan atau bangunan lain yang dapat menjadi ciri suatu kota. Landmark disimbolkan dalam bentuk titik, dimana memiliki ciri keunikan tersendiri dan hanya ada di kota itu sendiri. Skala yang dipergunakan tidak harus besar. Guna dari landmark adalah sebagai ciri khas suatu kota sehingga dapat memberi daya tarik tersendiri bagi sebuah kota. Selain itu, landmark juga dapat digunakan sebagai acuan batas skala bangunan. Paths (jalur) 
  2. Paths merupakan elemen terpenting dalam citra kota. Path adalah jalur yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya yang memiliki ciri variabel berupa aktivitas yang berbeda-beda. Menunjukkan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Paths dapat berupa jalur kereta api, jalan setapak, trotoar, sungai, gang-gang utama, saluran, dan lain-lain. Paths mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki identitas yang besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun,dan lain-lain), serta memiliki penampakan yang kuat (misalnya fasade, pohon, dan lain-lain), atau belokan yang jelas.
  3.  Edges (batas), merupakan elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Edges memiliki dua sifat, yaitu menghubungkan dan membedakan. Dapat bersifat menghubungkan jika ia berbentuk koridor sehingga akan membentuk satu kesatuan. Bersifat membedakan karena ia menjadi pembatas atau penghalang. Batas memiliki dua sifat, yaitu batas alamiah dan batas buatan. Batas alamiah dapat berupa topografi, sungai, dan gunung; sedangkan batas buatan dapat berupa kawasan penyangga dan jalan.
  4. Nodes (simpul),  merupakan sebuah titik yang menjadi konsentrasi suatu kegiatan. Oleh karena itu, nodes juga dapat menjadi ciri bagi sebuah kota. Nodes dapat dipengaruhi oleh transportasi dimana transportasi tersebut merupakan peralihan dari aktivitas yang menjadi konsentrasi tersbeut. Nodes juga tergantung daripada skala. Untuk dapat mencirikan sebuah kota, nodes harus dipilih yang memiliki skala besar. Dalam hal ini, yang perlu menjadi catatan bahwa tidak setiap persimpangan jalan adalah nodes. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk). Contoh dari nodes adalah persimpangan lalu lintas, lapangan terbang, jembatan, taman, pasar,
  5. District (area atau kawasan), adalah kawasan perkotaan dalam bentuk dua dimensi. Bercirikan hanya memiliki satu fungsi utama. Simbol-simbol yang ada menunjukkan fungsi tersebut dimana dapat bersifat mengelompokkan bentuk bangunan berdasarkan fungsinya. District memiliki bentuk pola dan wujud yang khas begitu juga pada batas district sehingga orang tahu akhir atau awal kawasan tersebut. District memiliki ciri dan karakteristik kawasan yang berbeda dengan kawasan di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar