Sabtu, 22 Oktober 2011

UPAYA ASIA MENGATASI MASALAH URBANISASI


Luas wilayah kota-kota besar dunia hanya 2% dari total permukaan bumi namun menampung 50% lebih penduduk, menghabiskan 75% energi, dan bertanggung jawab atas 80% emisi CO2. Dengan kondisi seperti ini, maka pengelolaan kota-kota besar itu akan menentukan baik buruknya masa depan planet Bumi.
Asia saat ini menghadapi urbanisasi terbesar sepanjang sejarah manusia, yang bisa mempengaruhi masa depan dunia. Di Asia, terdapat perbedaan antara model pembangunan dari atas, seperti yang terjadi di Cina dan kota-kota yang tumbuh secara alami, seperti Jakarta, Bangkok, dan Mumbai. Singapura merupakan contoh kota dengan perencanaan kota yang menggunakan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi. Singapura merupakan pelopor manajemen lalu lintas.
Selama beberapa puluh tahun belakangan, kota-kota dunia diselimuti dengan lapisan data digital berupa telekomunikasi, jaringan sensor, sistem pemeriksaan meter cerdas yang menjadi basis dari sistem 'otak' yang bisa meningkatkan efisiensi. Dengan menyediakan informasi aktual langsung, kemacetan lalu lintas dan polusi udara bisa dikurangi. Sebagai contohnya, Ibukota Swedia, Stockholm, memberlakukan skema tarif khusus untuk penggunaan jalan raya pada tahun 2005, yang berhasil mengurangi kemacetan di pusat kota sampai 50% dan pada gilirannya mengurangi emisi sampai 15%. Dan pendekatan tersebut mungkin akan membawa hasil yang sama untuk masalah-masalah perkotaan lainnya, seperti konsumsi energi atau air.
Keterbatasan ruang menjadi salah satu masalah besar di perkotaan dan prasarana tidak bisa ditingkatkan dengan cepat, sehingga sistem pengelolaan yang menggunakan tekonologi canggih bisa menjadi jalan ke luar. Belum lama ini Singapura menanam S$100 juta atau sekitar Rp 800 miliar untuk pengembangan sejumlah aplikasi yang didasarkan pada penggunaan data langsung yang aktual.
Urbanisasi yang sedang terjadi di kota-kota besar Asia tampaknya tidak terlelakkan untuk sementara waktu dan teknologi canggih bisa menjadi andalan untuk mengurangi tekanan keterbatasan sarana dan prasarana perkotaan. Selain itu, dengan data yang didapatkan, maka warga kota bisa menyesuaikan kegiatannya secara efisien yang pada gilirannya akan berdampak pada efisiensi kota secara menyeluruh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar