Kamis, 26 Juli 2012

Daya Saing Wilayah


Definisi daya saing wilayah adalah sebagai berikut :
  • Departemen Perdagangan dan Industri di Inggris (1998) = Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas, dengan harga yang tepat, pada waktu yang tepat.
  • Dunning et al. (1998) = Cara untuk membahas perkembangan ekonomi secara relatif dalam arti pembandingan. Daya saing wilayah dapat membantu dalam mengidentifikasi kondisi ekonomi wilayah yang tertinggal.
  • Komisi Eropa (1996) = Kemampuan daerah (wilayah) untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai pasar internasional, serta menjaga tingkat pendapatan yang berkelanjutan. Jadi, agar wilayah tersebut menjadi kompetitif, sangat penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas pekerjaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa daya saing wilayah adalah kemampuan suatu wilayah (daerah), masyarakat, dan pemerintah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan terbuka pada persaingan domestik dan internasional, serta kemampuan untuk lebih mengoptimalkan lagi sumber daya alam agar lebih tergali dan berpotensi, sehingga pengetahuan dan keunggulan komparatif wilayah tersebut dapat digunakan para pengambil kebijakan untuk mendorong perubahan struktur perekonomian daerah ke arah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Yang dimaksud potensi daerah disini meliputi SDA, SDM, dan sumber daya buatan yang dapat dimanfaatkan sebagai kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Daya saing suatu wilayah bergantung pada sumber daya alamnya serta kreativitas dan inovasi dari para pelaku ekonomi lokal untuk memanfaatkan potensi yang ada. Berikut ini adalah tipe dari persaingan antar wilayah :
  1. Persaingan harga, yaitu dimana pemerintah dari wilayah yang berbeda berusaha untuk menarik investor melalui pajak dan gaji yang lebih rendah, atau dengan subsidi yang lebih tinggi. Bentuk persaingan ini dicirikan oleh “siapa yang menang” dan “siapa yang kalah”. Bentuk ini juga sering mengarah ke ras bawah yang menghasilkan tenaga kerja dan standar lingkungan yang buruk.
  2. Persaingan dinamis, yang berdasarkan winwin concept. Atas dasar kemampuan yang dimilikinya, tiap wilayah berusaha untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Konsep ini bertujuan untuk mencapai spesialisasi lokal yang memungkinkan wilayah lain untuk bekerja sama dalam konteks pembangunan.
 Indikator dalam daya saing wilayah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a     Porter ( 1998 )
·      faktor kondisi
·      faktor permintaan
·      faktor yang terkait dengan industri dan pendukung
·      strategi, struktur dan persaingan
        Peter Kresl
·    Tingkat keterampilan dan pendapatan
·    Produksi barang ataupun jasa
·   Elastisitas permintaan barang dan jasa dan persamaan karakteristik yang berbasis produksi.
· Ketenagakerjaan yang dipertimbangkan dengan dasar menentukan tingkat pertumbuhan yang sesuai tanpa persaingan pasar yang berlebihan.

Metode Benchmarking (pembandingan) merupakan alat untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dalam sebuah organisasi, berdasarkan adaptasi kreatif atau inovatif yang ada praktek terbaik. Di samping itu, metode ini dapat dipakai untuk mengukur daya saing suatu wilayah. Benchmarking terbagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Internal Benchmarking, didasarkan pada analisis proses dan output dalam suatu perusahaan, organisasi atau wilayah. selain itu, memungkinkan untuk melakukan percobaan yang lebih lanjut sebelum memulai studi eksternal yang berasal  dari lingkup yang lebih besar agar ada penyesuaian terhadap informasi yang lebih banyak.
b.   Eksternal Benchmarking  dibagi menjadi dua jenis: 
  • Benchmarking Kompetitif = Didasarkan pada analisis dan perbandingan yang dilakukan dengan kompetisi. Metode ini lebih mudah dipahami karena  berorientasi pada produk, layanan dan proses kerja dari para pesaing secara  langsung. 
  •  Fungsi atau Generik Benchmarking = Didasarkan pada perbandingan antar organisasi yang tidak mungkin menjadi pesaing langsung. Objek dari  untuk menyoroti best practices dari sebuah perusahaan yang  diakui sebagai suatu pimpinan tertinggi. Hal ini sering disebut sebagai 'generik' karena diarahkan pada fungsi dan proses-proses yang umum bagi banyak perusahaan dalam sektor apapun, termasuk manufaktur, teknik, SDM, pemasaran, distribusi dan penagihan.
Alur Proses Benchmarking terdiri dari 5 tahapan, yaitu:
  1. Definition of Objectives = Berfungsi untuk menjelaskan hasil yang diharapkan, diperoleh dari benchmarking, dan membandingkan mereka dengan sumberdaya yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 
  2. Internal Diagnostic = Mengidentifikasi proses kunci dari sebuah perusahaan atau organisasi. Hal ini mencakup mengidentifikasi daerah-daerah atau proses yang perlu ditingkatkan, seperti: kompetensi inti organisasi, proses pusat atau kritis daerah, di mana sangat tergantung pada kepuasan klien atau pengguna.
  3. Perbandingan  = Mengidentifikasi perusahaan-perusahaan atau organisasi pada wilayah penelitian, Dengan demikian terbentuk perwakilan dari setiap jenis yang dihasilkan dari best practices. Selain itu, juga penting untuk perhitungan biaya dan kemudahan akses ke informasi yang tersedia. Tujuannya adalah untuk mengetahui perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas yang baik.
  4. Mendefinisikan kegiatan  = Dilakukan untuk menganalisis kegiatan-kegiatan dari suatu perusahaan yang menjadi faktor bagaimana suatu perusahaan bisa berada pada kualitas terbaik.
  5. Pelaksanaan/ implementasi = Pelaksanaan keseluruhan proses harus dipantau untuk menilai dampak yang dapat muncul. Selain itu, pelaksanaan juga digunakan untuk menyesuaikan tindakan yang harus diperlukan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar